MODUL
2
PEMBELAJARAN
DI SEKOLAH DASAR
Dalam Modul ini, Anda akan mempelajari karakteristik
belajar siswa Sekolah Dasar. Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda
mampu :
a. menjelaskan pengertian belajar;
b. menjelaskan hakikat belajar;
c. mengidentifikasi karakteristik belajar di
Sekolah Dasar;
d. menjelaskan tahapan perkembangan anak Sekolah
Dasar;
e. menjelaskan kegiatan pembelajaran di Sekolah
Dasar.
Agar proses belajar efektif, guru harus
memahami bahwa tugas dan peranannya dalam mengajar harus berfungsi sebagai
pembimbing, fasilitator, dan nara
sumber atau pemberi informasi. Proses belajar bergantung pada pandangan guru
terhadap makna belajar, karena semua aktivitas siswa dalam belajar selalu
berdasaran skenario yang dikembangkan oleh guru. Pandangan guru terhadap
belajar selalu berkaitan dengan makna dan operasionalisasi tugas mengajar.
Pandangan mengajar yang dianggap paling sesuai dengan kebutuhan dan hakikat
belajar saat ini adalah bahwa mengajar merupakan suatu proses membimbing,
memberikan informasi dan mengatur lingkungan sehingga terjadi proses belajar
yang efektif.
Untuk membantu Anda mendapatkan semua
kemampuan tersebut, dalam modul ini akan disajikan pembahasan dan contoh
mengenai :
a. pengertian belajar;
b. karakteristik belajar di Sekolah Dasar;
c. tahapan perkembangan anak Sekolah Dasar;
d. kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar.
KEGIATAN
BELAJAR 1
PENGERTIAN PELAJAR
Untuk mencapai target kurikulum yang telah
ditetapkan, guru harus berupaya menerapkan kurikulum secara maksimal dan
efektif. Kegiatan yang paling menentukan dalam keberhasilan penerapan kurikulum
adalah proses pembelajaran atau kegiatan belajar. Belajar merupakan suatu proses
yang harus ditempuh siswa, tetapi esensi dan hakikatnya harus dipahami oleh
guru agar dalam pelaksanaannya guru dapat mengelola dan membinmbing proses
pembelajaran sesuai dengan kaidah-kaidah belajar yang efektif. Di samping itu,
guru akan dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang optimal dalam
rangka mendukung proses guna mencapai hasil belajar yang diharapkan. Oleh
karena itu, guru perlu belajar memahami hakikat belajar, faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dan ciri-ciri perubahan yang disebabkan oleh
belajar.
A. Pengertian Belajar
Pendapat modern yang muncul pada abad 19 menganggap
bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku (a change in behavior).
Ernest R. Hilgard (1948) menyatakan bahwa learning is the process by which an
activity or is changed through training procedures (whether in the
laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by
factors not atrisutable to training. Jadi, belajar merupakan proses perubahan tingkah
laku yang diperoleh melalui latihan dan perubahan itu disebabkan karena ada
dukungan dari lingkungan yang positif yang menyebabkan terjadinya interaksi
edukatif. Perubahan tersebut terjadi secara menyeluruh meliputi pengetahuan,
sikap dan keterampilan.
Pendapat lain mengemukakan bahwa belajar adalah proses pengalaman
(learning is experience), artinya belajar itu suatu proses interaksi
antara individu dengan lingkungannya. Dalam interaksi tersebut terjadi prose
mental, intelektual, dan emosional yang pada akhirnya menjadi suatu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dimilikinya.
Contohnya adalah seseorang yang belajar badminton. Ia
akan melakukan latihan mengayunkan raket dengan cara memegang yang benar,
menepuk bola, backhand dan forehand yang merupakan pengalaman belajar.
Pengalaman belajar lainnya meliputi :
1. Bagaimana cara-cara
ia menentukan arah pukulan? Dalam hal ini ia (yang dilatih) harus berpikir,
berkonsentrasi, dan memvisualisasikan diri ke dalam perbuatan dan mencobakannya
ke dalam bentuk latihan.
2. Bagaimana cara-cara
ia belajar menerima kritikan atas kesalahan-kesalahan yang dilakukannya? Ia akan
mengontrol perasaan, dan kemudian melakukan perbaikan-perbaikan sesuai isi
kritik yang diberikan padanya.
3. Bagaimana ia
memperoleh pemahaman prinsip dan sikap yang dibutuhkan? Ia akan mengalami
peristiwa-peristiwa dalam situasi yang tidak dapat diramalkan sebelumnya dan
dari situ ia memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan (bersifat reaktif)
yang dibutuhkannya.
4. Bagaimana ia belajar
membina kekkompakan dalam kelompok? Tentunya ia akan berdiskusi dengan teman
dan kelompoknya, menempatkan posisi, melakukan tugas, dan tanggung jawab.
Definisi belajar yang umum diterima saat ini ialah bahwa belajar
merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkat laku yang baru, secara keseluruhan sebagai pengalaman individu itu
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
B. Hakikat Belajar
Ada
4 pilar yang perlu diperhatikan dalam belajar yaitu learning to know, learning
to do, learning to live together, dan learning to be.
Learning to know
artinya belajar untuk mengetahui; yang menjadi target dalam belajar adalah
adanya proses pemahaman sehingga belajar tersebut dapat mengantarkan siswa
untuk mengetahui dan memahami substansi materi yang dipelajarinya.
Learning to do artinya belajar untuk berbuat; yang
menjadi target dalam belajar adalah proses melakukan atau proses berbuat. Dalam
hal ini siswa harus mengerjakan, menerapkan, menyelesaikan persoalan, melakukan
eksperimen, penyelidikan, penemuan, pengamatan, simulasi dan sejenisnya.
Learning to live together artinya belajar untuk hidup
bersama; yang menjadi target dalam belajar adalah siswa memiliki kemampuan
untuk hidup bersama atau mampu hidup dalam kelompok.
Learning to be artinya belajar untuk menjadi; yang
menjadi target belajar adalah mengantarkan siswa menjadi individu yang utuh
sesuai dengan potensi, bakat, minat dan kemampuannya.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut dalam dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu
faktor dalam diri siswa sendiri (intern) dan faktor dari luar diri siswa
(ekstern).
1. Faktor dari dalam
diri siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar diantaranya adalah
kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan,
serta kebiasaan siswa. Setiap individu memiliki kecakapan (ability) yang
berbeda-beda. Kecakapan tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan kecepatann
belajar; yakni sangat cepat, sedang dan lambat. Demikian pula pengelompokan
kemampuan siswa berdasarkan kemampuan penerimaan, misalnya proses pemahamannya
harus dengan cara perantara visual, verbal, dan atau harus dibantu dengan alat
/ media.
2. Faktor dari luar diri
siswa yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah lingkungan fisik dan
nonfisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira,
menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah
(termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman
sekolah. Guru merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun
hasil belajar, sebab guru merupakan manajer atau sutradara dalam kelas.
KEGIATAN BELAJAR 2
KARAKTERISTIK
PROSES BELAJAR DAN TAHAPAN
PERKEMBANGAN
SISWA SEKOLAH DASAR
Proses belajar merupakan suatu rangkaian
kegiatan belajar dalam belajar, esensinya adalah rangkaian aktivitas yang
dilakukan siswa dalam upaya mengubah prilaku yang dilakukan secara sadar
melalui interaksi dengan lingkungan. Proses belajar mengajar di sekolah sangat
dipengaruhi oleh desain pelajaran maupun strategi yang diterapkan oleh guru
dalam pembelajaran.
Salah satu faktor yang dominan untuk
dipertimbangkan dalam melakukan proses belajar adalah pebelajar (siswa) itu
sendiri. Siswa merupakan individu yang utuh sekaligus sebagai makhluk sosial
yang memiliki potensi yang berbeda-beda. Berdasarkan teori perkembangan setiap
siswa memiliki tahapan perkembangan sesuai dengan tingkat usianya. Artinya
setiap proses belajar yang ditempuh siswa harus berdasarkan pada fase
perkembangannya.
Seperti telah dikemukakan, bahwa proses
belajar merupakan rangkaian aktivitas siswa melalui pengalaman belajar (learning
experience) untuk membentuk perilaku siswa.
A. Karakteristik Proses Belajar di Sekolah Dasar
1. Proses
Belajar Berdasarkan Teori dan Tipe Belajar
Belajar
merupakan suatu kegiatan pemrosesan kognitif, keterampilan dan sikap. Pebelajar
(siswa) sepenuhnya harus melakukan upaya mengubah perilaku melalui pengalaman,
latihan maupun kegiatan-kegiatan lain yang dianggap efektif sebagai proses untuk
mengubah perilaku.
a. Teori
Belajar
Ada beberapa belajar yang dikaji sebagai
bahan pertimbangan dalam pelaksanaan proses belajar di Sekolah Dasar.
1) Teori Belajar Displin Mental
Karakteristik teori
belajar ini menganut prinsip bahwa manusia memiliki sejumlah daya mental
seperti daya untuk mengamati, menanggapi, mengingat, berpikir dan sebagainya
yang dapat dilatih dan didisplinkan. Proses belajar berpikir, mengamati dan
mengingat dapat dilakukan siswa SD kelas rendah, yang meliputi a) belajar
mengidentifikasi ciri-ciri karakteristik suatu benda atau kejadian, misalnya;
“menguraikan atau menjelaskan ciri-ciri tumbuhan hijau”. b) menyebutkan kembali
nama-nama ibu kota provinsi di Indonesia. Belajar itu sendiri
merupakan upaya untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki individu.
Potensi-potensi yang dimiliki individu dapat dikembangkan secara optimal
melalui kegiatan belajar.
2) Teori Belajar Asosiasi
Rumpun teori belajar ini
identik dengan teori behaviorisme yang biasa disebut S-R Bond. Teori belajar
asosiasi ini berdasarkan pada perubahan tingkah laku yang menekankan pola
perilaku baru yang diulang-ulang sehingga menjadi aktivitas yang otomatis.
Dalam teori ini, belajar lebih mengutamakan stimulus-respons yang membetuk
kemampuan siswa secara spesifik dan terkontrol. Hukuman (punishment) dan
ganjaran (reward) merupakan penguatan (reinforcement) yang
dipakai. Pelopor aliran ini diantaranya Edward L. Thorndike.
3) Teori Insight
Menurut teori ini
belajar adalah mengubah pemahaman siswa. Perubahan ini akan terjadi apabila
siswa menggunakan lingkungan. Belajar adalah suatu proses yang bersifat eksploratif,
imajinatif, dan kreatif. Belajar selalu diarahkan untuk mengembangkan kemampuan
tingkat tinggi yaitu berpikir tinggi.
4) Teori belajar Gestalt
Menurut teori belajar
ini siswa merupakan individu yang utuh. Oleh karenanya, belajar lebih
mengutamakan keseluruhan, kemudia melihat bagian-bagiannya yang mengandung makna
dan hubungan. Pembelajaran selalu diberikan dalam bentuk problematik, aktual
dan nyata (sedang terjadi saat ini maupun saat yang akan datang).
Siswa belajar melakukan
pemecahan masalah (problem solving), melakukan penyelidikan (inquiry),
melakukan penemuan (discovery) dan kajian (investigation).
Dalam prakteknya
penerapan teori belajar tersebut digunakan bercampur, tidak murni satu per
satu.
b. Tipe
Belajar
Untuk mencapai proses dan hasil belajar yang optimal kita perlu
mengenal beberapa tipe belajar yang dikemukakan Gagne (1970). Menurut Gagne ada
8 tipe belajar yang dapat dilakukan siswa, yaitu :
1. Signal learning (belajar melalui isyarat)
Belajar isyarat merupakan
suatu tipe belajar yang dapat membentuk perilaku melalui sinyal atau isyarat sehingga
terbentuk sikap tertentu, tetapi respons yang ditimbulkan dapat bersifat umum,
tidak jelas bahkan emosional.
2. Stimulus-respon learning (belajar melalui rangsangan tindak
balas). Belajar stimulus-respons merupakan suatu tipe belajar yang dapat
membentuk perilaku melalui pengkondisian stimulus untuk menghasilkan suatu tindak-balas
(respons).
3. Chaining learning (belajar melalui perangkaian)
Belajar chaining
merupakan suatu tipe belajar yang dapat membentuk perilaku melalui beberapa stimulus-respons
(S-R) yang berangkai; dalam bahasa contohnya “Ibu-Bapak”, “kampung-halaman”.
Chaining contoh; dari pulang tugas mengajar, buka sepatu, menyimpan tas, ganti
baju, makan dan seterusnya.
4. Verbal association learning (belajar melalui perkaitan
verbal)
Belajar verbal
association merupakan suatu tipe belajar yang dapat membentuk perilaku melalui
perkaitan verbal. Perkaitan ini bisa dimulai dari yang sederhana.
5. Discrimination learning (belajar melalui membeda-bedakan)
Tipe belajar ini dapat
membentuk prilaku melalui proses membeda-bedakan objek yang abstrak maupun
konkret. Sesuatu yang berkaitan dengan ruang, bentuk, peristiwa, gambar dan lambang.
6. Concept learning (belajar melalui konsep)
Tipe belajar ini dapat
membentuk prilaku melalui pemahaman terhadap sesuatu benda, peristiwa,
kategori, golongan dan suatu kelompok. Yang dimaksud konsep itu sendiri adalah
karakteristik, atribut atau definisi sesuatu objek. Konsep yang konkret dapat
ditunjukkan bendanya sedangkan konsep yang abstrak adalah konsep menurut
definisi.
7. Rule learning (belajar melalui aturan-aturan)
Tipe
belajar ini dapat membentuk prilaku melalui aturan. Belajar melalui aturan
merupakan proses belajar yang membentuk kemampuan siswa supaya memahami
aturan-aturan dan mampu menerapkannya. Belajar melalui aturan berarti belajar
melalui dalil-dalil, rumus-rumus, dan ketentuan.
8. Problem solving learning (belajar melalui pemecahan
masalah)
Tipe belajar ini dapat
membentuk prilaku melalui kegiatan pemecahan masalah. Tipe belajar ini
merupakan belajar yang dapat membentuk siswa berpikir ilmiah dan kritis yang termasuk
pada belajar yang menggunakan pemikiran atau intelektual tinggi.
c. Hasil
Belajar
Hasil belajar merupakan kulminasi
dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalui
diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukkan suatu
perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang
bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Bentuk perubahan tingkah
laku harus menyeluruh secara komperhensif sehingga menunjukkan perubahan
tingkah laku seperti contoh di atas.
Untuk melihat hasil
belajar yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis dan ilmiah pada siswa
Sekolah Dasar, dapat dikaji proses maupun hasil berdasarkan : 1) kemampuan
membaca, mengamati dan atau menyimak apa yang dijelaskan atau diinformasikan;
2) kemampuan mengindentifikasi atau membuat sejumlah (sub-sub) pertanyaan
berdasarkan substansi yang dibaca, diamati dan atau didengar; 3) kemampuan
mengorganisasi hasil-hasil identifikasi dan mengkaji dari sudut persamaan dan
perbedaan; dan 4) kemampuan melakukan kajian secara menyeluruh.
B. Tahapan Perkembangan Siswa Sekolah Dasar
Siswa Sekolah Dasar merupakan
individu unik yang memiliki karakteristik tertentu, bersifat khas dan spesifik.
Pada dasarnya setiap siswa adalah individu yang berkembang. Perkembangan siswa
akan dinamis sepanjang hayat mulai dari kelahiran sampai akhir hayat. Dalam hal
in pendidikan maupun pembelajaran sangat dominan memberikan kontribusi untuk
membantu dan mengarahkan perkembangan siswa supaya menjadi positif dan optimal.
Setiap siswa memiliki irama dan kecepatan perkembangan yang berbeda-beda dan
bersifat individual.
Perkembangan siswa Sekolah Dasar
usia 6 – 12 tahun yang termasuk pada perkembangan masa pertengahan (middle
childhood) memiliki fase-fase yang unik dalam perkembangannya yang
menggambarkan peristiwa penting bagi siswa yang bersangkutan. Tahapan
perkembangan siswa dapat dilihat dari aspek perkembangan berikut.
1. Perkembangan
Fisik
Perkembangan ini berkaitan
dengan perkembangan berat, tinggi badan, dan perkembangan motorik. Siswa pada tingkat
Sekolah Dasar, kemampuan motoriknya mulai lebih halus dan terarah (refined
motor skills), tetapi berat badan siswa laki-laki lebih ramping daripada
siswa perempuan karena masa adolesen perempuan lebih cepat daripada laki-laki.
2. Perkembangan
Sosial
Perkembangan sosial siswa pada
tingkat Sekolah Dasar sudah terasa ada pemisahan kelompok jenis kelamin (separation
of the sexs) sehingga dalam pengelompokkan, siswa lebih senang berkelompok
berdasarkan jenis kelamin padahal kurang sesuai menurut kriteria pengelompokan
belajar.
3. Perkembangan
Bahasa
Pada masa ini perkembangan
bahasa siswa terus berlangsung secara dinamis. Dilihat dari cara siswa
berkomunikasi menunjukkan bahwa mereka sudah mampu menggunakan bahasa yang
halus dan kompleks.
4. Perkembangan
Kognitif
Di Sekolah Dasar siswa
diajarkan berbagai disiplin ilmu bahkan cara-cara belajar baik yang
berorientasi pada peningkatan berpikir logis maupun kemampuan manipulatif.
Siswa dapat melihat beberapa faktor dan mengkombinasikannya dengan berbagai
cara untuk mecapai hasil yang sama.
Perkembangan kognitif pada
siswa Sekolah Dasar berlangsung secara dinamis. Untuk menumbuhkembangkan
kemampuan kognitif dalam fase konkret operasional pada siswa Sekolah Dasar,
acuannya adalah terbentuknya hubungan-hubungan logis di antara konsep-konsep
atau skema-skema.
Piaget mengemukakan bahwa pada
usia Sekolah Dasar siswa akan memiliki kemampuan berpikir operasional konkret (concrete
operation) yang disebut sebagai masa performing operation.
5. Perkembangan
Moral
Perkembangan moral yang harus
dimiliki siswa Sekolah Dasar adalah kemampuan bertindak menjadi orang baik.
Tindakan yang dilakukan selalu berorientasi pada orang lain yang dianggap
berbuat baik. Bahkan siswa akan melakukan tindakan yang baik apabila orang lain
merasa senang.
6. Perkembangan
Eksresif
Pola perkembangan ekspresif
siswa Sekolah Dasar dapat dilihat dari kegiatan ungkapan bermain dan kegiatan
seni (art). Siswa Sekolah Dasar sudah menyadari aturan dari suatu
permainan, bahkan siswa pada usia itu sudah mulai membina hobinya.
7. Aspek-aspek
Intelegensi
Dalam psikologi, teori Gardner (Utami Munandar,
1999; 265) membedakan jenis intelegensi. Dalam kehidupan sehari-hari itu tidak
berfungsi dalam bentuk murni tetapi setiap individu memiliki campuran yang unik
dari ketujuh intelegensi tersebut. Aspek-aspek intelegensi tersebut dapat
ditumbuhkembangkan pada setiap siswa. Aspek intelegensi tersebut diantaranya
adalah :
a. Intelegensi
linguistik, yaitu suatu kemampuan untuk menggunakan bahasa, termasuk
kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata, dan kegunaan fungsi-fungsi
bahasa.
b. Intelegensi
logis-matematis, yaitu kemampuan untuk menjajaki pola-pola, kategori, dan
hubungan-hubungan dengan manipulasi objek-objek atau simbol-simbol, dan
kepekaan kemampuan berpikir logis.
c. Intelegensi
spasial, yaitu kemampuan untuk mengamati secara mental, memanipulasi bentuk
dan objek; atau kemampuan mempersepsi dunia ruang visual secara akurat dan
melakukan transformasi persepsi tersebut.
d. Intelegensi
musik, yaitu kemampuan untuk menikmati, mempertunjukkan atau mengubah musik
termasuk kemampuan menghasilkan dan mengekpresikan ritme nada dan bentuk-bentuk
ekspresi musik.
e. Intelegensi
fisik-kinestetik, yaitu kemampuan untuk menggunakan keterampilan motorik
halus dan kasar dan halus dalam olah raga seni dan produk-produk seni pertunjukan
serta keterampilan meliputi kemampuan mengontrol gerakan tubuh dan menangani
objek-objek secara terampil.
f. Intelegensi
intrapribadi, yaitu kemampuan untuk memperoleh akses terhadap pemahaman
perasaan, impian dan gagasan-gagasan diri sendiri, dan memahami kekuatan maupun
kelemahan diri sendiri.
g. Intelegensi
interpribadi, yaitu suatu kemampuan untuk mengamati dan merespons suasana
hati, temperamen, dan motivasi orang lain, serta memahami hubungan dengan orang
lain.
8. Aspek
Kebutuhan Siswa
Selain aspek perkembangan
siswa yang telah dikemukakan di atas juga perlu dipertimbangkan aspek kebutuhan
siswa sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan materi apa yang akan
dipelajari siswa. Secara umum ada dua kebutuhan siswa : 1) psiko-biologis yang
dinyatakan dalam keinginan, minat, tujuan, harapan dan masalahnya; 2) sosial
yang berkaitan dengan tuntutan lingkungan masyarakat, biasanya menurut
pandangan orang dewasa.
KEGIATAN BELAJAR 3
KARAKTERISTIK
PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
Topik ini akan membahas tentang karakteristik
pembelajaran di Sekolah Dasar yang merupakan topik lanjutan dari karakteristik
proses belajar dan fase-fase perkembangan di Sekolah Dasar. Topik ini
menyajikan ciri-ciri beberapa pembelajaran di Sekolah Dasar sebagai gambaran
aplikasi pembelajaran di Sekolah Dasar.
Apabila Anda merasa telah menguasai
karakteristik proses belajar dan tahapan perkembangan di Sekolah Dasar
selanjutnya Anda perlu mempelajari karakteristik pembelajaran di Sekolah Dasar.
Secara umum karakteristik pembelajaran di
Sekolah Dasar adalah :
1. Kelas 1 dan kelas 2 Sekolah Dasar berorientasi pada pembelajaran
fakta, lebih bersifat konkret atau kejadian-kejadian yang ada di sekitar
lingkungan siswa. Dalam kurikulum 2004 pembelajaran dilakukan dengan pendekatan
tematik.
2. Kelas 3 siswa sudah dihadapkan pada konsep generalisasi yang dapat
diperoleh dari fakta atau dari kejadian-kejadian yang konkret, hal ini lebih
tinggi dari kelas 1 dan 2.
3. Kelas 4, 5, dan 6 atau disebut sebagai kelas tinggi siswa dihadapkan
pada konsep-konsep atau prinsip-prinsip penerapannya.
A. Karakteristik Pembelajaran di Kelas Rendah
Pembelajaran di kelas rendah dilaksanakan berdasarkan
rencana pelajaran (silabus) yang telah dikembangkan oleh guru. Pembelajaran
konkret lebih sesuai diberikan pada siswa kelas rendah (kelas 1, 2, 3) di Sekolah
Dasar. Proses pembelajaran ini harus dirancang oleh guru sehingga kemampuan
siswa, bahan ajar, proses belajar dan sistem penilaian sesuai dengan taraf
perkembangan siswa.
Banyak strategi belajar yang dapat digunakan dalam proses
belajar di Sekolah Dasar, diantaranya adalah ceramah, tanya jawab, latihan atau
drill, belajar kelompok, observasi atau pengamatan. Penggunaan atau
pemilihan strategi belajar harus mempertimbangkan variabel-variabel yang
terlibat dalam suatu proses belajar-mengajar.
Dalam pengembangan kreativitas siswa proses pembelajaran
diarahkan supaya siswa melakukan kegiatan kreativitas yang sesuai dengan
tingkat perkembangannya, misalnya memecahkan permasalahan melalui permainan
sehari-hari. Di bawah ini adalah beberapa contoh kegiatan belajar yang dapat
dilakukan siswa Sekolah Dasar di kelas rendah.
1. Menggolongkan peran
anggota keluarga.
2. Menerapkan etika dan
sopan santun di rumah, sekolah dan di lingkungan.
3. Menggunakan kosa kata
geografi untuk menceritakan tentang tempat.
4. Menceritakan cara
memanfaatkan uang secara sederhana melalui jual beli barang dan menabung.
5. Menceritakan masa
kecilnya melalui bantuan foto maupun dari cerita orangtuanya.
6. Melakukan mekanika
tubuh yang baik dalam duduk, berdiri dan berjalan.
7. Melakukan latihan
dalam meningkatkan kualitas fisik-motorik.
8. Memperagakan
rangkaian gerak (ritmik) dengan musik.
9. Mengeskpresikan
gagasan imajinasi unsur bunyi dan gerak melalui kegiatan eksplorasi dalam
bernyanyi dan menari.
10. Mengeskpresikan
gagasan artistik melalui kegiatan bernyanyi dan menari.
11. Mengkomunikasikan
gagasan dengan satu kalimat.
12. Mengkomunikasikan
gagasan sederhana dengan lisan dan tertulis. Membaca nyaring / bersuara teks
sederhana + 300 kata.
13. Menulis dengan jelas
dan rapi kalimat yang didiktekan dengan menggunakan huruf lepas dan tegak
bersambung.
14. Menulis karangan
pendek seperti slogan dan surat
undangan, menulis menggunakan atau disertai label, dan menulis petunjuk sesuatu
permainan.
15. Menerapkan EYD dalam
menulis dan menggunakan huruf kapital untuk nama suku bangsa, nama bahasa, dan
judul karangan. Menulis tanda titik untuk memisahkan angka, jam, menit, detik.
16. Menyimak dan
menceritakan kembali ragam teks sederhana; mendeklamasikan / melagukan pantun,
puisi, syair dan membaca cerita atau buku.
17. Mengaplikasikan konsep
atau alogaritma dalam pengerjaan pernjumlahan dan pengurangan.
18. Mengaplikasikan konsep
atau alogaritma dama pengerjaan bilangan.
19. Mengkomunikasikan
gagasan matematika dengan simbol atau diagram.
20. Membuat dan
menafsirkan model matematika dari masalah bilangan pengukuran atau bentuk
geometri.
21. Menentukan pola sifat
atau pola bangun menurut bentuk atau unsurnya.
22. Membilang dan
menyebutkan banyak benda, mengingat penjumlahan dan pengurangan.
23. Melakukan operasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan hubungannya.
B. Karakteristik Pembelajaran di Kelas Tinggi
Esensi proses pembelajaran di kelas tinggi (kelas 4,
5, 6) adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan secara logis dan sistematis
untuk membelajarkan siswa tentang konsep dan generalisasi sehingga penerapannya
(menyelesaikan soal, menggabungkan, menghubungkan, memisahkan, menyusun,
menderetkan, melipat dan membagi).
Di bawah ini ada
beberapa contoh kegiatan belajar yang dapat dilakukan siswa di kelas tinggi Sekolah
Dasar.
1. Mendeskripsikan
aturan-aturan yang berlaku di keluarga.
2. Membandingkan kelompok-kelompok
sosial di masyarakat.
3. Menyajikan hubungan
antara sumber daya alam dengan kegiatan ekonomi setempat.
4. Melakukan diskusi
kelompok tentang jual-beli.
5. Menafsirkan
peninggalan-peninggalan sejarah.
6. Melakukan latihan
untuk meningkatkan kualitas fisik-motorik.
7. Memperagakan berbagai
keterampilan yang dihubungkan dengan keselamatan diri.
8. Memperagakan
rangkaian gerak dengan alat musik.
9. Melakukan kegiatan
penjelajahan ke perkampungan di sekitar sekolah.
10. Mencoba mengubah pola
gerak dari irama dalam rangkaian variasi gerak.
11. Mendesain model
konstruksi.
12. Mencari, menemukan,
memilih informasi dari lingkungan sekitar sekolah.
13. Membaca dan menghafal
surat-surat pendek dan mengartikannya.
14. Mendengarkan dan
mencatat hal-hal yang penting dari uraian pembicara (pidato atau dakwah).
15. Membaca dalam hati
(secara intensif) teks pendek 3-4 paragraf.
16. Mendengarkan secara
apresiatif.
17. Mengaplikasikan konsep
alogaritma atau manipulasi matematika dalam pengerjaan bilangan (termasuk
negatif dan pecahan) pengukuran geometri.
18. Melakukan operasi
hitung campuran (bilangan bulat pecahan).
19. Melakukan penyelidikan
dengan menetukan variabel dan cara pengendaliannya.
20. Mengumpulkan bukti
perkembangbiakan makhluk hidup.
21. Menyelidiki hubungan
antara ciri makhluk hidup dan lingkungan hidup.
22. Mendesain dan
melakukan percobaan untuk menyelidiki antara hubungan gaya dan gerak.
23. Menyelidiki pengaruh gaya
magnet.